Edisibacirita – Organisasi kemasyarakatan (ormas) kepemudaan dalam beberapa tahun terakhir dinilai mengalami kemerosotan nilai juang dalam memberikan kontribusi melalui partisipasi politik. Dampaknya, kepedulian ormas dalam mengawal, mendampingi, dan memperjuangkan kepentingan pemuda semakin memudar.
Hal tersebut disampaikan Dekan FISIP Unsrat, Dr. Ferry Daud Liando, saat menjadi narasumber pada Seminar Kepemudaan yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Utara, Selasa (02/12), di Hotel Grand Puri Manado.
Membawakan materi bertajuk “Konsolidasi dan Integrasi Organisasi Kepemudaan”, Liando memaparkan bahwa saat ini organisasi pemuda tengah menghadapi tiga krisis utama yang harus segera diselesaikan.
Pertama, banyak organisasi kepemudaan mengalami dualisme atau kegandaan kepengurusan yang menimbulkan konflik berkepanjangan dan sulit diselesaikan. Situasi ini dipicu oleh perbedaan dukungan politik terhadap kontestan pemilu maupun pilkada. Perbedaan tersebut melahirkan friksi internal yang kemudian berujung pada tarik-menarik kepengurusan, baik dalam musyawarah nasional maupun daerah. “Masing-masing kubu berupaya mengamankan gerbong afiliasi politik,” ujar Liando.
Kedua, kontribusi organisasi kepemudaan terhadap pengembangan dan pemberdayaan pemuda serta dalam proses perumusan kebijakan publik semakin melemah bahkan hampir tidak terlihat. Menurut Liando, makin sedikit ormas kepemudaan yang menunjukkan kepedulian dan kepekaan terhadap persoalan sosial masyarakat.
Ketiga, minat pemuda untuk terlibat dalam organisasi kepemudaan terus menurun. Perkembangan teknologi yang pesat telah mengambil alih banyak fungsi organisasi—mulai dari sumber pengetahuan, pengembangan keterampilan, hingga perluasan jejaring sosial. Padahal, sebelum era digital, fungsi-fungsi tersebut banyak dijalankan organisasi kepemudaan. “Pemuda yang aktif berorganisasi di masa lalu terbukti banyak yang menjadi pemimpin sukses di kemudian hari,” jelasnya.
Selain itu, trauma atas konflik internal juga membuat pemuda enggan bergabung. “Organisasi yang penuh konflik tentu tidak menarik bagi siapa pun,” tegas Liando.
Untuk menjawab ketiga persoalan tersebut, Liando menekankan pentingnya konsolidasi internal dan penguatan institusi organisasi. Ia menegaskan bahwa ormas kepemudaan harus tetap independen dan tidak boleh menjadi alat kepentingan politik. Kompetisi antarpartai politik, kata Liando, tidak boleh menjadikan ormas sebagai arena perebutan pengaruh. “Jika ada pengurus yang telah berafiliasi dengan partai politik, sebaiknya secara gentle mengundurkan diri agar organisasi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan elektoral, baik pada pemilu maupun pilkada,” pesannya.
Seminar tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulut, Jemmy Ringkuangan, A.P., M.Si. Narasumber lain yang turut hadir yaitu Kaban Kesbangpol Sulut Johny Suak, SE., AK., M.Si., serta Staf Khusus Gubernur, Farist Suharyo. Peserta seminar terdiri atas kepala dinas kabupaten/kota dan pimpinan ormas kepemudaan se-Sulawesi Utara.












