Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat Politeia sukses melaksanakan Sekolah Kader yang digelar di Lembah Bethesda Tinoor pada 7–9 November 2025. Kegiatan ini diikuti oleh para calon kader sebagai upaya penguatan karakter, spiritualitas, dan wawasan kebangsaan sesuai dengan jati diri GMKI.
Mengangkat semangat Oikumenis dan Nasionalis, panitia Sekolah Kader merancang serangkaian materi dan program pengalaman langsung (experiential learning) bagi peserta. Hal ini tampak dalam dua malam pembentukan karakter yang dikemas dengan konsep berbeda.
Pada malam pertama, peserta mengikuti sesi ret-ret atau perenungan rohani sebagai simbol ketekunan dan pertumbuhan iman, dipimpin oleh Pdt. Hanny Montolalu. Melalui ibadah, renungan, serta refleksi pribadi, peserta diajak memahami nilai spiritualitas yang menjadi fondasi dasar seorang kader GMKI.
Sementara itu, pada malam kedua, panitia menggelar Malam Refleksi yang menekankan aspek nasionalisme. Dalam kegiatan tersebut, peserta diberi ruang menyampaikan orasi politik, sosial, dan isu-isu gerejawi. Agenda ini dirancang untuk menumbuhkan kepekaan kritis terhadap realitas bangsa, gereja, dan masyarakat, sekaligus menanamkan keberanian menyuarakan kebenaran.
Ketua Panitia, Ezra Timporok, mengatakan bahwa konsep ini dipilih untuk memastikan bahwa nilai oikumenis dan nasionalis tidak hanya dipahami secara teori, tetapi juga dihayati melalui pengalaman.
“Kami ingin para peserta bukan hanya memahami secara konsep, tetapi benar-benar menghidupi nilai oikumenis dan nasionalis dalam diri mereka sebagai kader GMKI. Politeia harus menjadi rumah pembentukan yang melahirkan mahasiswa yang kritis, peka, dan takut akan Tuhan,” ujar Timporok.
Ketua Komisariat GMKI Politeia, Yosua Sondakh, menegaskan bahwa Sekolah Kader ini merupakan ruang strategis untuk melahirkan kader berkualitas dan berkarakter kuat.
“Kegiatan ini menjadi langkah untuk menjadikan seluruh kader Komisariat Politeia sebagai kader kristal—murni, kuat, dan berintegritas; menjadi kader militan, bukan kader mie instan yang hanya aktif sesaat dan cepat hilang. Kami ingin kader yang tahan proses, setia pada nilai, dan benar-benar siap berkontribusi bagi gereja, kampus, dan bangsa,” tegas Sondakh.
Sekolah Kader ini diharapkan mampu menjadi wadah pembentukan berkelanjutan bagi mahasiswa di Komisariat Politeia, agar mampu hadir sebagai kader yang berintegritas, berwawasan luas, dan siap melayani gereja, perguruan tinggi, dan masyarakat.












